Kamis, 03 Oktober 2013

GEDUNG BERTINGKAT DI JAKARTA RAWAN KEBAKARAN


Terbakarnya Gedung menara Bank Tabungan Negara (BTN) menambah panjang kasus kebarakaran di wilayah DKI Jakarta. Bahkan gedung-gedung bertingkat rawan kebakaran karena menurut Kepala Dinas Kebakaran Provinsi DKI Jakarta Paimin Napitupulu minta agar pengelola gedung bertingkat menyipkan sarana dan prasarana untuk menghindari kebakaran.
Sementara itu, berdasarkan data yang ada mulai bulan Januari 2009, di DKI Jakarta telah terjadi 47 kali peristiwa kebakaran. Dari jumlah itu, 70 persen terjadi di pemukiman penduduk dan 30 persen terjadi di gedung-gedung tinggi atau enam lantai ke atas. Rinciannya, Jakarta Pusat 9 kasus, Jakarta Utara 8 kasus, Jakarta Barat 15 kasus, Jakarta Selatan 10 kasus, dan Jakarta Timur 5 kasus.
Rincian berdasarkan obyek yang terbakar, bangunan perumahan 19 kasus, bangunan umum seperti gedung-gedung tinggi sebanyak 9 kasus, bangunan industri 2 kasus, kendaraan 3 kasus dan terjadi di lokasi lain seperti depo BBM atau SPBU sebanyak 14 kasus. Seluruhnya telah memakan korban jiwa sebanyak 11 orang dengan total kerugian Rp10,6 miliyar.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Paimin Napitupulu mengatakan penyebab kebakaran karena hubungan listrik arus pendek. "Itu yg dominan. Penyebab lainnya rokok dan kendaraan, dan kompor," kata Paimin Napitupulu,
Paimin menyebutkan pada tahun 2008, total peristiwa kebakaran sebanyak 819 kasus, yaitu Jakarta Pusat 110 kasus, Jakarta Utara 151 kasus, Jakarta Barat 193 kasus, Jakarta Selatan 203 kasus dan Jakarta Timur 162 kasus. Sedangkan di wilayah Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, dinas ini juga turut membantu sebanyak 30 kali kasus kebakaran. Seluruhnya menelan korban 14 orang meninggal dan menyebabkan kerugian Rp 228,6 miliyar.
Pada tahun 2008 lalu, penyebab kebakaran juga masih didominasi hubungan arus pendek yaitu 425 kasus atau sekitar 70 persen. Sementara obyek yang terbakar sebagian besar bangunan perumahan yaitu 367 unit, bangunan umum seperti gedung tinggi dan ruko sebanyak 173 unit atau sekitar 25 persen.
Berdasarkan data tersebut, Paimin mengatakan, bangunan yang paling rentan terjadi kebakaran adalah bangunan perumahan dan bangunan umum. Dan penyebabnya paling banyak karena hubungan arus pendek.
Masih banyak warga Jakarta menyambung listrik sembarangan atau menumpuk aliran listrik pada sumber stop kontak yang sama. Karena itu, kami meminta kepada penduduk agar tidak menyambung listrik sembarangan, ujarnya.
Seringnya terjadi kebakaran di gedung-gedung tinggi dan ruko, kata Paimin, penyebabnya para pengelola gedung mematikan sistem alarm pengamanan kebakaran pada hari-hari libur kerja (sabtu-minggu) dan hari besar. Alasan mereka mematikan karena sistem pengaman kebakaran memakan banyak arus listrik. Sehingga untuk menghemat listrik, sistem tersebut dimatikan. Akibatnya, ketika kebakaran terjadi, seringkali alarm tidak berfungsi.
Tidak hanya itu, hingga kini, masih ada gedung bertingkat mengabaikan standar keselamatan kebakaran. Dari 1.100 gedung di Jakarta, 10-15 persen tidak didukung dengan peralatan pemadam kebakaran yang lengkap.
Termasuk gedung-gedung tinggi yang ada di Jakarta ini juga masih banyak yang tidak melengkapi keselamatan kebakaran, ujarnya.
Selanjutnya agar peristiwa kebakaran di gedung-gedung bertingkat berkurang, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI akan mengumpulkan para pemilik gedung. Pertemuan tersebut tidak hanya untuk sosialisasi pencegahan kebakaran, juga memberikan penjelasan kepada para pemilik gedung agar sistem pengamanan kebakaran atau alarm kebakaran tetap dihidupkan meski hari libur. Pertengahan Februari mendatang, saya akan kumpulkan para pemilik gedung di Jakarta, ujar Paimin.(kim/naz)
Permasalahan mengenai gedung bertingkat yang rawan kebakaran ;
a.       Yang menjadi pemicu kebakaran seperti, korsleting listrik, putung rokok yang masih menyala, kompor gas dan minyak yang menyala, kendaraan dan penyambungan listrik sembarangan.
b.    Terlalu minimnya/sedikit persedian alat-alat pemadam kebakaran yang akan digunakan saat terjadi kebakaran.
c.       Jarangnya penggunaan alarm di setiap gedung bertingkat.
d.      Kurangnya perhatian keselamatan penghuni gedung bertingkat, khususnya di kawasan rumah susun dan ruko.
e.       Kerugian yang akan diderita sangat besar, apalagi kalau kehilangan sanak saudara.
Truk Pemadam Kebakaran Bronto Skylift 
               Bronto Skylift memiliki bak terbuka aerial terpanjang didunia. Truk pemadam ini digunakan untuk menangani kebakaran di gedung-gedung yang sangat tinggi. Bronto Skylift dapat digunakan untuk menyelamatkan orang-orang yang berada di lantai 33 gedung pencakar langit yang sedang terbakar.
               Bronto Skylift telah memecahkan beberapa rekor ketinggian dengan truk pemadam apinya yang memiliki ba terbuka aerial. Model baru ini dapat mencapai ketinggian 72 meter!
               Bronto Skylift memiliki selang dari baja yang tebal. Selang itu dikeluarkan dari lengan Derek yang terbuat dari baja ketika Bronto Skylift beraksi memadamkan api. Bak terbuka aerial dapat dikendalikan oleh petugas pemadam dari atas bak,maupun dari pengendali yang terletak di badan truk.

Truk Pemadam Kebakaran Bronto Skylift
               Bronto Skylift memiliki bak terbuka aerial terpanjang didunia. Truk pemadam ini digunakan untuk menangani kebakaran di gedung-gedung yang sangat tinggi. Bronto Skylift dapat digunakan untuk menyelamatkan orang-orang yang berada di lantai 33 gedung pencakar langit yang sedang terbakar.
               Bronto Skylift telah memecahkan beberapa rekor ketinggian dengan truk pemadam apinya yang memiliki ba terbuka aerial. Model baru ini dapat mencapai ketinggian 72 meter!
               Bronto Skylift memiliki selang dari baja yang tebal. Selang itu dikeluarkan dari lengan Derek yang terbuat dari baja ketika Bronto Skylift beraksi memadamkan api. Bak terbuka aerial dapat dikendalikan oleh petugas pemadam dari atas bak,maupun dari pengendali yang terletak di badan truk.

Gambar Bronto Skylift
Cara mengevakuasi di gedung bertingkat :
Dalam keadaan darurat/kebakaraan. Ditandai dengan bunyi alarm, dan pengumuman dari Gedung mengenai keadaan darurat kebakaran. Yang dilakukan adalah:
1.      TETAP TENANG
Semakin kita tenang, semakin kita bisa berpikir dan tanggap. Mengikuti latihan tanggap darurat di tempat kerja masing-masing atau di fasilitas publik lainnya (atau bahkan di rumah), bisa membuat kita semakin tenang dan tahu apa yang harus dilakukan.
2.      PADAMKAN API BILA TERLATIH.
Bila melihat api, segera beritahu orang terdekat di sekitar anda. Dan apabila anda terlatih menggunakan alat pemadam api ringan (APAR), maka raihlah APAR terdekat dan padamkan api tersebut. Mintalah orang lain yang terdekat dengan anda untuk menghubungi petugas sekuriti atau petugas tanggap darurat ketika anda memadamkan api. Bila tidak terlatih, segera beritahu orang terdekat di sekitar anda dan menjauhlah dari sumber api. Orang terdekat (yang terlatih), petugas sekuriti ataupun petugas tanggap darurat akan memadamkan api tersebut.
3.      BERKUMPUL DI AREA LOBI LIFT LANTAI, dan tetaplah tenang.
4.      TIDAK MENGGUNAKAN LIFT.
Meskipun berkumpul di area lobi lift, anda DILARANG menggunakan lift. Perilaku berisiko apabila masih menggunakan lift saat kebakaran, saat gempa, atau saat gedung belum menyatakan lift aman untuk digunakan! Di gedung yang mengikuti standar keselamatan gedung bertingkat, lift orang tidak dioperasikan pada saat keadaan darurat. Lift barang –karena peruntukannya untuk barang–punya disain teknis yang lebih kuat. Saat keadaan darurat, hanya digunakan untuk mengevakuasi mereka yang mengalami gangguan kesehatan, ditemani oleh petugas evakuasi gedung dan lantai. Penggunaan lift barang berada di bawah pengawasan penuh tim tanggap darurat dari Gedung.
5.      IKUTI PETUNJUK PETUGAS TANGGAP DARURAT.
Nah, anda beruntung apabila saat keadaan darurat, ada petugas tanggap darurat lantai yang membimbing anda. Umumnya, mereka memakai rompi warna merah, hijau, atau band-aid berwarna di lengannya. Sangat mudah untuk dikenali dan dimintai bantuan. Petugas tidak akan mengijinkan kita untuk meninggalkan barisan di lobi lift sampai instruksi itu diberikan. Saat itu, petugas dan komandannya menunggu instruksi dari Gedung –apakah dilakukan evakuasi atau tetap di tempat.
6.      EVAKUASI LEWAT TANGGA DARURAT.
Pola barisan mengikuti besar ruangan tangga darurat, ada yang berbaris 2-2, ada yang cukup satu barisan. Ikuti saja instruksi Komandan tanggap darurat (floor warden). Pekerja/tamu perempuan di barisan paling depan, diikuti oleh pekerja laki-laki. Di barisan paling depan, ada petugas pemadam api (fire warden/fire suppressor) dan petugas kesehatan (first aider). Di barisan paling belakang, juga ada kedua petugas tersebut, plus Komandan petugas. Selama berbaris, TETAP TENANG.
7.      BERJALAN TERTIB, TIDAK BERLARI.
Ketika menuruni tangga darurat, berjalanlah menuruni tangga darurat dengan tertib, cepat, tapi tidak berlari. Perilaku anda yang tergesa-gesa, berteriak-teriak, dan menyusul orang di depan anda, dapat membuat panik orang lain. Yang dapat terjadi adalah tercipta kerumunan masal bergerak sangat cepat, yang saling berebut menuruni tangga darurat, saling mendorong, lalu ada yang terjatuh, lemas, dan terinjak-injak. Korban yang tercatat adalah sebagian besar berasal dari korban dari tangga darurat yang terinjak-injak dan lemas. Maka dari itu,  TETAPLAH DI DALAM BARISAN, DAN IKUTI PETUGAS TANGGAP DARURAT.
8.      BERJALAN MENUJU MUSTER POINT (TEMPAT BERKUMPUL).
Ikuti saja orang yang berjalan di depan anda. dan petugas tanggap darurat. Tetaplah dalam barisan.
9.      LAPORKAN DIRI ANDA PADA SAAT PENGHITUNGAN ORANG (HEAD COUNT).
Petugas akan mengabsen nama-nama orang yang turun bersamanya. Gunanya adalah untuk memastikan tidak ada orang-orang yang tertinggal di gedung.
10.  TETAP DI MUSTER POINT.
Di muster point, petugas tanggap darurat menunggu instruksi dari petugas Gedung apakah Gedung telah aman atau masih berbahaya untuk dimasuki. Apabila dinyatakan telah aman, petugas akan mempersilahkan anda untuk kembali ke gedung.

Solusi untuk masalah gedung-gedung tingkat yang rawan kebakaran ;
a.       Penyediaan alat-alat pemadam di perbanyak, agar bisa segera ditanggulangi. Dan segera melapor ke petugas pemadam kebakaran.
b.    Alarm dinyalakan/stand by untuk berjaga-jaga agar semua bisa menghindari kebakaran saat terjadi.
c.   Sediakan postur/larangan/ruangan khusus untuk perokok yang di jauhkan dari benda-benda yang mudah terbakar.
d.        Pastikan selalu ada penertiban/tinjauan untuk orang-orang yang sengaja memutuskan aliran listrik/menyambung tanpa orang yang ahli di bidangnya.
e.       Segara hubungi pemadam kebakaran jika api menjalar dengan cepat, dan pastikan anggota keluarga dan barang-barang berharga terselamatkan.


penerbit:  Erlangga  for K ds


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar